Membaca buku cerita dan bercerita (membacakan buku cerita) merupakan dua hal yang berbeda. Saat membaca buku cerita, artinya individu tersebut membaca buku secara mandiri. Namun, bercerita atau membacakan buku cerita artinya individu melakukannya untuk orang lain. Kegiatan bercerita ini sebaiknya mulai dilakukan oleh orang tua bagi anak-anaknya yang sudah berusia 2 tahun. Menurut psikolog Jean Piaget (dalam MAL-ED Network Investigators, 2018), pada masa ini perkembangan kognitif anak sudah dapat menggunakan logika berpikir sederhana. Sementara untuk anak usia di bawah 2 tahun, anak-anak masih belajar melalui sensori atau kemampuan inderanya. Maka akan lebih mudah bagi orang tua untuk bercerita pada anak yang berusia 2 tahun, karena anak akan lebih mudah memahami apa yang diceritakan.
Apakah Anda tahu bahwa bercerita pada anak memiliki banyak manfaat untuk tumbuh kembang nya?
Menurut National Storytelling Network Amerika, bercerita adalah bentuk seni interaktif dalam menggunakan kata dan tindakan untuk menjelaskan elemen serta gambar-gambar dari sebuah cerita, upaya menstimulasi imajinasi pendengarnya. Kegiatan bercerita melibatkan interaksi dua arah yang terjadi antara si pembaca cerita dan pendengarnya. Saat bercerita, pembaca cerita dan pendengarnya dapat mengembangkan imajinasi mereka secara bersamaan. Si pembaca cerita pun tidak terbatas hanya sekedar membaca teks yang ada dari buku tersebut. Ia dapat mengekspresikannya dengan intonasi yang unik, dengan kostum atau properti/benda yang dapat mendukung jalannya cerita. Si pendengar pun bisa ikut terlibat dalam cerita tersebut, misalnya dengan ikut berperan menjadi salah satu tokoh dalam cerita.
Pada tahun 2018, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa membacakan cerita untuk anak dapat meningkatkan alirah darah pada prefrontal area dari otak (oleh Yabe et. al.). Prefrontal area merupakan bagian terdepan dari lobus frontal yang berfungsi untuk membuat perencanaan, pemecahan masalah dan meningkatkan fungsi kognitif. Bercerita tidak hanya memberikan banyak manfaat secara edukasi dan psikologis, namun juga dapat membantu anak memvisualisasikan kata-kata yang diucapkan, menambah kosakata dan hal lainnya terkait komunikasi. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa kerja otak pada anak semakin bertambah saat buku yang dibacakan merupakan buku cerita bergambar.
Berikut adalah beberapa manfaat bercerita untuk anak yang dapat disimpulkan:
1. Meningkatkan minat membaca

Orang tua dapat memperkenalkan buku dengan membacakan cerita untuk anak, sehingga anak akan terbiasa membaca buku saat usia semakin bertambah. Namun, orang tua juga perlu memerhatikan jenis buku yang dibaca. Pastikan konten atau isi dari buku tersebut sesuai dengan usia anak.
2. Melatih kemampuan berbahasa anak
Anak dapat mengenal bahasa ibu atau yang digunakan sehari-hari melalui cerita yang didengarkan. Anak juga akan memiliki kosakata yang lebih banyak untuk digunakan nantinya saat berinteraksi dengan orang lain. Penting untuk diketahui bahwa seiring berkembangnya usia anak, kosakata yang dimiliki pun seharusnya semakin banyak. Umumnya anak usia 12 bulan sudah memahami 5-6 kata, usia 18 bulan sudah memahami 10-20 kata termasuk nama-nama orang di sekitarnya, dan seterusnya.
3. Menstimulasi kognitif
Orang tua yang membacakan cerita untuk anak akan menstimulasi imajinasi anak. Tidak hanya itu. Anak otomatis juga akan melatih daya ingatnya, mengenal hal-hal baru dari cerita yang didengarnya, serta belajar memecahkan masalah sehari-hari.

4. Meningkatkan empati
Anak dapat belajar untuk mengembangkan rasa empati, menilai hal baik dan buruk, serta banya hal lainnya yang nantinya akan membentuk kepribadian mereka. Untuk itu, penting bagi orang tua untuk membacakan cerita yang memiliki moral untuk dipelajari oleh anak.
Ternyata membacakan cerita untuk tidak hanya bermanfaat untuk perkembangan anak saja. Kegiatan ini pun bermanfaat bagi orang tua atau pengasuh yang membacakan cerita. Manfaat pertama adalah kegiatan ini dapat mempererat ikatan antara orang tua dan anak. Dengan membacakan cerita secara rutin untuk anak, kedekatan orang tua dan anak tentu akan meningkat. Saat usia remaja dan dewasa nanti anak akan merasa nyaman untuk lebih terbuka kepada orang tua. Manfaat yang ke dua adalah dapat meningkatkan daya kreativitas orang tua atau pengasuh. Saat membacakan cerita untuk anak tentu orang tua perlu membuatnya menjadi menarik agar anak tidak merasa bosan. Saat inilah kreativitas orang tua atau pengasuh akan terstimulasi.
Sebelum Anda mulai kegiatan bercerita, beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kegiatan ini dapat dilakukan dengan nyaman:
- Pilihlah buku yang sesuai dengan usia anak agar mudah dipahami.
- Tidak perlu memaksa anak untuk mendengarkan cerita saat anak sedang bermain, karena anak akan sulit untuk fokus saat energinya belum terkuras.
- Orang tua dapat menggunakan properti atau benda sederhana yang ada di rumah sebagai alat bantu bercerita.
- Tidak perlu terburu-buru dalam membacakan cerita. Anda juga dapat melakukan improvisasi pada alur cerita, asalkan moral cerita tidak dihilangkan.
- Setelah kegiatan bercerita selesai, akhiri dengan sesi tanya jawab sederhana. Misalnya, siapa nama tokoh dalam cerita atau minta anak untuk menceritakan 1 tokoh favoritnya dari cerita.
Pastikan anak merasa senang dan menikmati waktu saat Anda atau orang tua membacakan cerita untuknya. Apabila dilakukan dengan terpaksa atau saat anak ingin melakukan hal lain, anak akan merasa saat membaca adalah hal yang tidak menyenangkan. Hal tersebut justru akan membuat minat membacanya hilang. Umumnya kegiatan bercerita dilakukan saat anak hendak tidur atau saat anak memiliki waktu luang dan ingin mendengarkan cerita.
Apabila Anda atau orang tua membutuhkan saran atau masukan tentang menumbuhkan minat membaca pada anak, silakan berkonsultasi pada psikolog klinis anak yang ada di Kayross Psikologi Utama.
(By: Luisa Munster, M. Psi., Psikolog)
Sumber:
MAL-ED Network Investigators. (2018). Early childhood cognitive development is affected by interactions among illness, diet, enteropathogens and the home environment: findings from the MAL-ED birth cohort study. BMJ Glob Health; 3(4): diunduh dari 10.1136/bmjgh-2018-000752
National Storytelling Network US, diunduh dari https://storynet.org/what-is-storytelling/
Yabe, M. et al. (2018). Effects of storytelling on the childhood brain: near-infrared spectroscopic comparison with the effects of picture-book reading. Fukushima J Med Sci, 64 (3); 125-132.