“Setelah membaca berita yang mengkhawatirkan, jantung saya tiba-tiba berdetak kencang dan saya merasa mual”.
“Tangan saya kaku, tidak dapat digerakan. Saya sudah ke dokter syaraf dan dokter lainnya, tetapi hasilnya tidak menunjukkan adanya permasalahan pada tangan saya”.
Pernah kah Anda mengalami hal-hal seperti di atas?
Respon normal dari tubuh kita ketika merasa cemas adalah jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Terutama dengan kondisi dunia yang saat ini dilanda pandemik COVID-19, tentunya banyak orang yang merasa lebih cemas. Cemas dengan pekerjaannya, cemas dengan kondisi keuangannya, cemas dengan tugas-tugas sekolah yang semakin banyak, dan sebagainya.
Mengutip dari Kompas.com (2020), sebuah survei dilakukan oleh American Psychiatric Association (APA) terhadap 1000 orang dewasa di Amerika, dan lebih dari sepertiga orang (36 persen) mengatakan pandemi Covid-19 berdampak serius pada kesehatan mental mereka, dan 59 persen menjawab efeknya cukup berat pada kehidupan sehari-hari. Kecemasan terbesar para responden terkait pandemi ini adalah pengaruh pada keuangan, kekurangan makanan, obat, dan kebutuhan lainnya. Rasa cemas yang berlebihan atau terus menerus akhirnya dapat menimbulkan gangguan fisik atau biologis lainnya, seperti misalnya timbul gangguan pencernaan, tangan yang menjadi kaku, leher yang menjadi kaku, dan lain sebagainya.
Dalam jurnal Psikologi Klinis yang terbit tahun 2013, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa 15-33 persen orang yang pergi ke dokter sebenarnya menderita penyakit yang disebabkan oleh emosional seperti khawatir, ketakutan, frustasi dan rasa tidak aman (dalam Pomerantz, 2013). Hal-hal tersebut yang kemudian menjadi penyebab timbulnya keluhan penyakit seperti serangan jantung, asma, gangguan pencernaan, susah tidur, bahkan kanker. Orang yang menderita sakit karena rasa cemas disebut sebagai penderita psikosomatis.
Psychiatric Mental Health Nursing menjelaskan gangguan psikosomatis atau disebut sebagai Somatofrom Disorder (dalam Apriyani, 2018) merupakan interaksi yang kompleks antara pikiran dan tubuh, serta menyebabkan penderita mengalami gangguan dalam fungsi sosial dan aktivitas sehari-hari. Ciri utamanya adalah keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan adanya pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negative dan telah mendapatkan penjelasan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya. Tidak ada penyebab tunggal untuk seseorang yang mengalami gangguan psikosomatis. Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan pada seseorang dengan gangguan ini adalah sebagai berikut:
- Faktor sosial dan ekonomi
Individu perlu ditanyakan tentang kepuasannya dalam pekerjaan, kondisi finansial/ekonomi, motivasinya dalam bekerja, dsb.
- Faktor perkawinan atau keluarga
Individu perlu ditanyakan tentang kepuasannya dalam pernikahan, terkait hubungan anak dan orang tua, anggota keluarga yang menimbulkan stres, dsb.
- Faktor kesehatan
Hal ini dapat menjadi penyebab ketika individu menggunakan obat, memiliki penyakit yang sudah bertahun-tahun, sering dirawat di rumah sakit, dsb.
- Faktor psikologis
Faktor psikologis yang dapat menyebabkan gangguan psikosomatis adalah karena adanya perilaku yang maladaptif, seperti misalnya adanya gangguan kepribadian.
Apakah ada hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan gangguan psikosomatis?
Sumber utama dari gangguan psikosomatis adalah rasa cemas. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengendalikan diri dan perasaan cemas dalam keseharian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa cemas adalah dengan melakukan aktivitas lain di luar kegiatan rutinitas. Anda dapat melibatkan diri dengan melakukan hobi baru, misalnya berolahraga, berkebun, memasak dan sebagainya. Aktivitas yang melibatkan banyak gerakan fisik akan lebih efektif dibandingkan aktivitas yang tidak banyak melibatkan fisik, seperti bermain game atau membaca.
Selain beraktivitas, Anda juga dapat mengurangi rasa cemas dengan berkomunikasi dengan orang lain. Walau saat ini kita harus menjaga jarak fisik, komunikasi dapat dilakukan secara virtual dengan bantuan teknologi. Tetaplah menjaga komunikasi dengan keluarga dan sahabat Anda untuk meluapkan pikiran-pikiran yang menumpuk. Apabila hal-hal tersebut sudah dilakukan, namun psikosomatis masih mengganggu keseharian Anda, mintalah bantuan seseorang yang professional seperti psikiater atau psikolog.
Psikolog di Kayross memiliki berbagai pengalaman mulai dari permasalahan anak, remaja, dewasa, pendidikan, pekerjaan/karier dan keluarga. Konseling dapat dilakukan secara tatap muka maupun online. Jadi, tidak perlu ragu untuk menghubungi Kayross Psikologi Utama ya.
By: Luisa Munster, M. Psi., Psikolog.
Sumber:
“Tingkat Kecemasan akibat Wabah Virus Corona Meningkat”, https://lifestyle.kompas.com/read/2020/03/26/112749520/tingkat-kecemasan-akibat-wabah-virus-corona-meningkat.
Pomerantz, A.M.E. et al. 2013. Psikologi Klinis. (third ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Apriyani, R. 2018. Psikoborneo. Faktor-faktor penyebab psikosomatis pada orang dengan kecenderungan psikosomatis di Samarinda. 6, (3), 609-617.