Masa anak-anak adalah masa dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Anak-anak bertumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupannya, antara lain perkembangan fisik, bahasa dan komunikasi, emosional dan kognitifnya. Aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan menentukan tahapan perkembangan selanjutnya. Kondisi ini membuat setiap aspek perkembangannya menjadi hal yang penting untuk dapat dipahami dan dikembangkan secara optimal.
Salah satu aspek yang akan dibahas pada artikel ini adalah aspek perkembangan kognitif. Menurut Santrock (2009), istilah kognitif mengacu kepada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, disimpan dan ditransformasi, serta dipanggil kembali dan digunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir. Perkembangan kognitif juga berkaitan erat dengan kemampuan belajar, pemecahan masalah, perkembangan sosial dan bahasa, serta perilaku yang ditampilkan anak. Dunia kognitif anak pada usia dini seharusnya adalah dunia yang kreatif, bebas, dan fantastis. Kondisi ini diharapkan dapat membangun imajinasi anak untuk berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih baik, sehingga proses belajar pun menjadi lebih optimal.
Teori perkembangan kognitif yang banyak digunakan adalah teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget. Proses belajar dan perkembangan berpikir anak ditampilkan secara bertahap, dimana semakin bertambahnya usia, maka kemampuan kognitifnya pun akan semakin meningkat. Walaupun setiap anak mungkin saja akan menampilkan perkembangan dan kemampuan yang berbeda-beda pada setiap tahapan usianya.
1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada tahapan ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman dari sensori seperti: melihat, menyentuh dan mendengar dengan tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan terhadap alat inderanya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerakan refleks. Bayi pada awalnya merupakan makhluk yang berespons melalui refleks dan tingkah laku acak, berkembang menjadi anak yang memiliki tingkah laku yang berorientasi pada tujuan. Bayi akan seringkali terlihat menjilat, mengisap ataupun memasukkan benda ke mulutnya. Ia juga senang menyentuh atau meremas benda. Proses ini membantu anak belajar mengenal tentang benda di sekitarnya.
Misalnya anak akan mengerti apa yang bisa diisap dan tidak dengan memasukkan benda ke mulutnya. Jika anak merasakan kenyamanan, maka ia akan menganggap benda itu dapat diisap.
Ciri-ciri lain periode sensorimotor :
- Ketergantungan terhadap penggunaan gerak refleks bawaan, seperti menggenggam dan mengisap
- Egosentrisitas, yakni kondisi mental dan emosi di mana anak melihat sesuatu hanya berdasarkan sudut pandang mereka
. - Ketergantungan pada hal-hal yang terlihat, belum memahami informasi yang tidak berwujud.
2. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun)

Tahapan ini ditandai oleh ekspansi yang besar dalam penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan representasi yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Kemajuan dalam pemikiran simbolis diiringi dengan tumbuhnya pemahaman mengenai ruang, hubungan sebab-akibat, identitas, kategorisasi, dan angka. Anak tidak lagi selalu melakukan kontak sensorik untuk memikirkan atau memahami benda, tetapi mulai bisa membayangkan secara sederhana. Namun, anak belum dapat berpikir logis secara teratur dan lebih mendalam.
Misalnya : jika air dari gelas dipindahkan ke mangkok, anak akan menganggap bahwa volume air di mangkok lebih banyak dibandingkan di gelas padahal sejatinya sama saja. Kenapa anak mengangganggap seperti itu? Karena ukuran mangkok lebih besar dari gelas sehingga mereka menganggap airnya juga lebih banyak.
3. Tahap Operasional Konkret (7-12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai bisa berpikir secara logis dan terorganisir. Namun pemikiran itu masih didasarkan pada pengalaman nyata dan sesuatu yang terlihat. Meski begitu, inilah titik awal kemampuan kognitif anak berkembang secara pesat. Anak-anak sudah bisa menggunakan berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahkan masalah-masalah konkrit atau nyata. Pada tahap operasional konkret, anak-anak sudah memiliki pemahaman yang lebih baik daripada anak-anak praoperasional mengenai konsep spasial, sebab-akibat, pengelompokan, penalaran induktif dan deduktif, konservasi, serta angka.
Misalnya : anak sudah bisa memahami jumlah, luas, dan volume suatu benda. Jika ada air dari gelas dituangkan ke mangkok, anak sudah paham bahwa volume air tetap sama. Meski bentuk dan ukurannya berubah karena mengikuti wadah. Ini disebabkan anak sudah menunjukkan pemikiran yang lebih teratur dan nalar yang baik.
4. Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)
Tahap keempat perkembangan kognitif ini membuat anak mulai mampu menghadapi masalah verbal dan analisa yang kompleks dan tidak selalu bergantung pada objek konkret atau terlihat. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Pada tahap ini, saat memasuki usia remaja, mereka telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan.
Misalnya : kemampuan hitungan matematis berkembang pesat dan mampu membayangkan hasil dari tindakan yang dilakukannya.
Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif yang kita pahami, kita diharapkan dapat memahami juga pola belajar dan metode belajar efektif sesuai tahapan usia perkembangan anak. Lingkungan sosial dan keluarga juga perlu memberikan dukungan yang positif agar stimulasi dan perkembangannya dapat berkembang secara optimal.
Apakah perkembangan kognitif anak Anda sudah sesuai dengan tahapannya?
Kayross Psikologi Utama memiliki psikolog Klinis Anak & Remaja yang dapat memberikan konseling atau terapi terkait perkembangan kognitif anak. Anda juga dapat mendaftarkan anak Anda untuk tes intelijensi atau tes IQ untuk mengetahui kemampuan kognitif anak Anda. Silakan hubungi Kayross Psikologi Utama untuk mengetahui lebih lanjut terkait perkembangan kognitif anak.
(By: Ivon Hartato, M. Psi., Psikolog)
Referensi:
https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/berita/index/20210416072336
Soetjiningsih & Ranuh, G. (2016). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC Santrock, J. (2009). Educational Psychology. Jakarta: Salemba Humanika.