Masuk sekolah dasar (SD) adalah salah satu tugas perkembangan yang akan dilalui anak ketika berada pada awal masa kanak-kanak tengah, yaitu sekitar usia 6 tahun (Santrock, 2012). Pada masa ini, anak akan mengalami peralihan dan perubahan dari jenjang taman kanak-kanak (TK) ke jenjang SD. Anak akan mengalami perubahan aktivitas dalam kelas, perbedaan metode belajar, dan juga materi pembelajaran yang diberikan.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 14 tahun 2018, disebutkan bahwa usia minimal untuk masuk SD adalah 6 tahun. Walau demikian, ada juga anak-anak yang belum mencapai usia 6 tahun, tetapi orangtua sudah ingin mendaftarkannya ke jenjang SD. Kondisi ini dapat saja terjadi jika anak tersebut memang memiliki kematangan dan kemampuan akademik yang menunjang. Untuk itu orangtua perlu membuktikan dengan adanya rekomendasi tertulis dari psikolog profesional (Haryadi, 2018 dalam http://www.tribunnews.com). Rekomendasi ini dibutuhkan agar orangtua dan pihak sekolah sudah mengetahui bahwa anak tersebut mampu dan siap untuk mengikuti pendidikan di jenjang SD.
Anak yang belum mampu menyesuaikan diri dengan pola perubahan yang ada ataupun anak yang pada dasarnya belum matang dan belum siap, akan berisiko mengalami masalah saat berada di jenjang SD. Misalnya, kesulitan mengikuti materi pelajaran, sulit mengikuti aturan kelas, terjadi konflik dengan temannya ataupun mogok sekolah. Melihat kondisi tersebut, maka ada beberapa persiapan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua agar lebih yakin saat menempatkan anak untuk masuk di SD, salah satunya adalah melalui tes kesiapan sekolah.
Apa itu tes kesiapan sekolah dan manfaatnya?
Tes kesiapan sekolah merupakan suatu rangkaian aktivitas yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki anak dan kematangan perkembangannya saat ini. Tes kesiapan sekolah dapat membantu orangtua untuk mengetahui berbagai aspek perkembangan pada diri anak, terutama yang dibutuhkan untuk menunjang proses belajar di kelas. Aspek yang dapat diketahui adalah kemampuan dasar, keterampilan dan kematangan.
Kesiapan anak masuk ke jenjang SD berkaitan dengan keterampilan yang dimiliki anak untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara akademik di sekolah dasar, antara lain kemampuan kognitif, kemampuan bahasa, perkembangan kemampuan motorik halus dan motorik kasar, perkembangan emosi dan personal kemandirian. Kemampuan kognitif perlu diketahui untuk melihat potensi kecerdasan anak, kemampuan anak dalam memahami instruksi, serta mendapatkan gambaran kemampuan membaca dan mengenal huruf-huruf. Keterampilan motorik halus dibutuhkan anak dalam kaitannya dengan kemampuan menulis dan melakukan aktivitas kesehariannya. Sedangkan kemampuan motorik kasar berkaitan dengan keaktifan anak, serta kemampuan anak untuk duduk tenang di kelas.
Aspek kematangan emosi juga perlu diketahui agar dapat melihat kemampuan anak ketika diarahkan oleh guru dan sikapnya untuk mengikuti aturan di kelas, serta bagaimana sikap anak ketika mengekspresikan emosinya. Selain itu, aspek personal sosial berkaitan dengan kemandirian anak, cara anak bersosialisasi untuk membangun relasi yang baik dengan teman.
Apa yang harus dilakukan setelahnya?
Setelah orangtua mengetahui gambaran keterampilan, kelebihan dan kekurangan anak, orangtua dapat mengatur strategi serta memberikan stimulasi yang dibutuhkan anak untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Beberapa hal umum yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu mempersiapkan putra-putrinya masuk ke jenjang SD, antara lain:
- Latih kemandirian anak mulai dari tugas sehari-hari di rumah. Dapat dimulai dengan tugas yang sederhana, misalnya merapikan mainan sendiri, menaruh barang-barangnya sendiri sesuai tempat, dan sebagainya.
- Berikan aturan yang jelas di rumah dan terapkan secara konsisten. Misalnya, makan di meja makan secara mandiri, main gadget hanya sesuai jadwal yang ditentukan, dan sebagainya.
- Ajak dan dampingi anak dalam permainan-permainan yang dapat mendukung perkembangannya, misalnya bermain sepeda, olahraga, bermain puzzle, bermain playdough, mewarnai, melipat origami, dan sebagainya.
- Orangtua dapat juga lebih banyak memberikan kesempatan kepada putra-putrinya untuk membangun sosialisasi dengan teman-teman sebayanya agar keterampilan sosialnya dapat lebih meningkat.
- Melakukan aktivitas calistung (baca-tulis-hitung) di rumah, misalnya mengenal huruf dan angka lewat kartu bergambar, meniru bentuk, menghubungkan titik-titik untuk membentuk gambar, dan sebagainya.
Persiapan dan evaluasi yang efektif akan membantu anak untuk lebih siap dalam menyesuaikan diri saat hendak masuk ke jenjang SD. Bagi bapak dan ibu yang membutuhkan tes kesiapan sekolah dasar bagi anaknya dapat menghubungi Kayross Consulting.
(By: Ivon Hartato, M. Psi., Psikolog)
Referensi:
Haryadi, M. (2018). Aturan Baru Kemendikbud, Masuk SD Tidak Wajib Bisa ”Calistung”, dalam http://www.tribunnews.com/nasional/2018/05/29/aturan-baru-kemendikbud-masuk-sd-tidak-wajib-bisa-calistung. Diunduh tanggal 18 Maret 2019.
Santrock, John W. (2012). Life-Span Development (14th ed.). New York: McGraw-Hill.