Dalam bahasa pergaulan sehari-hari, kata “galau” seringkali digunakan untuk menggambarkan suasana hati dan pikiran yang kacau, bimbang atau suatu perasaan yang kurang nyaman atau gelisah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau sendiri berarti pikiran yang tidak karuan (https://kbbi.web.id/galau). Kegalauan juga bisa terjadi di dunia kerja. Gelisah di dunia kerja bisa didapatkan dari beragam faktor penyebab. Misalnya, karena keluhan terhadap pekerjaan hingga masalah dengan relasi di tempat kerja. Hal ini bisa disebut juga dengan stres di tempat kerja.
Berdasarkan hasil survey dari Gallup (2022), ada 37% responden dari Asia Tenggara merasa cemas di tempat kerja, dan 31% dari responden tersebut merasa stres di tempat kerja. Secara rinci, orang Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak pekerja yang mengalami stres setelah negara Kamboja. Oleh sebab itu, perhatian mengenai bagaimana memiliki strategi menghadapi stres menjadi hal yang penting untuk diketahui agar produktivitas kerja tetap terjaga.

Stres adalah suatu kondisi tertekan yang dihadapi seseorang, yang kemudian menimbulkan reaksi stres. Reaksi stres sendiri bisa berbagai bentuk, mulai dari pikiran yang kacau, reaksi fisik seperti keluhan pencernaan, tegang, atau perubahan pola tidur. Anda bisa membaca lebih lanjut mengenai stres di sini. Sumber stres yang muncul di tempat kerja juga beragam. Misalnya beban kerja berlebih, gaji yang tidak sesuai, lingkungan kerja yang kurang kondusif, alat kerja yang kurang mendukung atau memadai, kesulitan beradaptasi di tempat kerja, relasi dengan atasan maupun teman sejawat, masalah personal, atau sebab lainnya.

Sebenarnya ada strategi yang cukup penting bagi seseorang agar bisa lebih tahan terhadap stres, yaitu meningkatkan resiliensi. Resiliensi adalah kapasitas untuk pulih dari suatu kondisi tertentu. Arti lain adalah fleksibilitas atau elastisitas. Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi adalah kemampuan beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Yaitu kapasitas psikologis individu untuk BANGKIT KEMBALI dari kesulitan, ketidakpastian, kegagalan maupun konflik (Luthans, 2002). Seperti ilustrasi sebuah pegas, yang akan kembali lagi saat di tekan. Atau laksana pohon bambu yang dibengkokkan tetapi kelenturannya membuat ia bisa kembali berdiri. Sejauh mana tekanan membengkokkan seseorang tapi sebagaimana ia bisa kembali berdiri dan pulih, itulah resiliensi.
Menurut hasil riset dari Tim Fakultas Psikologi UI (2021), secara umum rata-rata resiliensi orang Indonesia itu tergolong rendah, mereka cenderung tidak tahan terhadap tekanan atau rasa sakit serta cenderung pesimis melihat masa depan ketika mengalami situasi yang menekan dan membuat mereka terpukul. Oleh sebab itu, penting sekali untuk membangun resiliensi, terutama saat di tempat kerja. Pegawai yang memiliki resiliensi baik biasanya bisa memberi manfaat lebih banyak bagi perusahaan, karena pekerja tersebut memiliki kemampuan untuk bangkit saat berhadapan dengan masalah. Pekerja tersebut secara otomatis akan menampilkan kualitas relasi yang baik maupun kemampuan untuk bekerja dalam tim.
LALU BAGAIMANA CARA MEMBANGUN RESILIENSI YANG OPTIMAL DI TEMPAT KERJA?

Berikut adalah beberapa tips untuk membangun resiliensi (Jackson & Colleagues, 2007):
1. Latih dan biasakan untuk berpikir positif. Karena selalu ada hal positif yang bisa kita dapatkan dari segala situasi, walau yang buruk sekalipun.
2. Belajar untuk memiliki kepekaan emosi, mulai dengan mengenali emosi diri sendiri baru kemudian mengenali dan belajar memahami orang lain.
3. Memiliki kehidupan seimbang antara pekerjaan dan hidup pribadi. Jangan lupa memberi waktu istirahat atau waktu Anda menikmati diri sendiri dan saat-saat santai Anda.
4. Usahakan bisa mencapai kehidupan yang seimbang mengenai tujuan hidup anda dan aspek spiritualitas. Karena banyak penulis menjelaskan pentingnya aspek spiritualitas dan perasaan “tertambat kepada” tempat Anda bisa menggantungkan diri secara spiritualitas.
5. Beri porsi waktu Anda untuk merefleksi diri maupun hal-hal yang sudah dan sedang terjadi. Refleksi adalah cara untuk mengembangkan insight dan pengertian dari pengalaman yang sedang terjadi. Termasuk juga dengan merefleksi ada pengetahuan yang bisa Anda dapatkan mengenai masalah yang sedang Anda hadapi.
Stres adalah hal yang tidak bisa kita hindari selama kita hidup. Oleh sebab itu, mari kita belajar untuk “menikmati” stres dan memperkuat resiliensi Anda untuk produktivitas yang lebih baik. Jika Anda merasa membutuhkan bantuan untuk meningkatkan resiliensi di tempat kerja, silakan menghubungi Kayross, baik untuk keperluan pribadi dan keperluan perusahaan.
Salam sehat mental!
(By : Ellia Feeber, M. Psi., Psikolog.)
Sumber :
- https://dataindonesia.id/varia/detail/3-dari-10-orang-asia-tenggara-stres-dan-cemas-di-tempat-kerja
- https://www.youtube.com/watch?v=BY-e-wZiic0 (Building Resilience with Dr. Andrew Shatté | The Good Leadership Podcast #38)
- https://psikologi.ui.ac.id/2021/07/12/riset-f-psi-ui-resiliensi-orang-indonesia-cenderung-rendah/
- https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2648.2007.04412.x
