Semua perusahaan pasti targetnya adalah mendapatkan profit atau keuntungan sebesar-besarnya dengan cara meningkatkan omset dan menurunkan pengeluaran. Untuk meningkatkan omset, tentunya perusahaan memiliki strateginya masing-masing, bergantung pada kualitas dan produktivitas karyawan di perusahaan tersebut. Bagaimana dengan pengeluaran? Pada umumnya, pengeluaran perusahaan yang paling besar adalah terkait gaji dan benefit karyawan. Itulah mengapa perusahaan akhirnya berusaha untuk mulai menggantikan karyawan dengan teknologi digital, melakukan outsourcing, memberikan upah seminimal mungkin, dan lain sebagainya demi mengurangi biaya terkait karyawan.
Bagaimana memastikan bahwa karyawan yang ada di perusahaan betul-betul efektif dan efisien? Perusahaan tentunya menginginkan karyawan yang berkualitas dan produktif, sehingga perusahaan mendapatkan profit yang besar walaupun juga mengeluarkan biaya yang besar terkait gaji dan benefit karyawan tersebut. Efektif artinya karyawan dapat mencapai target kerja yang ditetapkan perusahaan, sedangkan efisien artinya karyawan dapat bekerja tanpa memboroskan waktu-tenaga-biaya. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan pengukuran kinerja karyawan. Jangan sampai, karyawan yang ada di dalam perusahaan ternyata justru menjadi beban dan merugikan perusahaan.

Perusahaan dapat mengukur kinerja karyawan menggunakan Key Performance Indicator (KPI). Menurut Banerjee dan Buoti (2012), KPI adalah ukuran berskala dan kuantitatif yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dalam mencapai tujuan mencapai target organisasi. KPI juga digunakan untuk menentukan objektif yang terukur melihat tren dan mendukung pengambilan keputusan. Dengan cara ini, perusahaan dapat membuat target yang bersifat kuantitatif (dapat diukur dengan skala) melalui indikator-indikator yang disepakati bersama antara semua pihak yang berkepentingan. Pengukuran ini dapat dilakukan harian, mingguan, bulanan atau tahunan, bergantung pada jenis pekerjaan karyawan tersebut.
Sebagai contoh sederhana, karyawan di departemen marketing dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut dengan masa penilaian per 6 bulan :
| Indikator | Unit Pengukuran | Target |
| Penjualan produk A | Rupiah | 1 milyar |
| Penjualan produk B | Rupiah | 500 juta |
| Kepuasan pelanggan berdasarkan survey | Angka 1-10 | 9 |
| Jumlah presentasi terhadap prospek/klien | Angka | 20 |
| Pertumbuhan penjualan dibandingkan tahun lalu | Persentase (%) | 20 |
| Peningkatan biaya marketing dibandingkan tahun lalu | Persentase (%) | 10 |
Ini barulah contoh yang sangat sederhana mengenai KPI. Jika sudah memahami konsep ini, maka KPI dapat dikembangkan lebih lanjut. Misalnya, indikator dapat dikelompokkan menjadi indikator finansial dan non finansial, atau indikator utama dan indikator tambahan, atau input-proses-output, dll. Lalu kemudian diberikan pembobotan untuk setiap indikatornya, sehingga ketika disandingkan dengan capaian realisasinya, maka didapatkan skor angka yang memperlihatkan kinerja karyawan tersebut secara kuantitatif. Ketika kinerja karyawan dapat diukur secara kuantitatif, maka data ini dapat digunakan perusahaan sebagai dasar dari berbagai kebijakan. Seperti kenaikan gaji, pemberian bonus, kenaikan jabatan, atau bahkan penurunan jabatan hingga pemberhentian hubungan kerja jika ternyata karyawan tidak dapat memenuhi target yang diharapkan.

Setiap departemen di perusahaan perlu memiliki KPI yang berbeda sesuai dengan target dari masing-masing departemen. Target dari departemen marketing dengan departemen keuangan dengan departemen HRD tentunya berbeda-beda bukan? Jumlah indikator pun bisa disesuaikan tergantung kebutuhan dan kondisi perusahaan masing-masing. Jika perusahaan membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai cara pembuatan KPI yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, silakan menghubungi Kayross Psikologi Utama. Karena untuk membuat KPI yang tepat, tentunya dibutuhkan penggalian data terlebih dahulu dari berbagai pihak yang terkait di perusahaan.
Dengan adanya KPI, maka perusahaan dan karyawan sama-sama mengetahui dan sepakat dengan target yang ingin dicapai. Diharapkan dengan langkah ini, kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan lebih efisien. Perusahaan pun dapat menilai karyawan mana yang perlu terus dikembangkan di perusahaan dan karyawan mana yang ternyata kinerja nya belum memuaskan. Jangan sampai salah mempertahankan karyawan ya, karena dampaknya sangat signifikan bagi kelangsungan hidup perusahaan.
(By: Diana M. Sani, M. Psi., Psikolog)
Referensi :
What is a Key Performance Indicator (KPI)?
jurnal.id/id/blog/mengenal-kpi-key-performance-indicator/
