Anak Saya Hiperaktif, Pasti ADHD!

Dalam masa pertumbuhan anak, seringkali orang tua lebih mengutamakan perkembangan fisik, terutama di usia 0 hingga 5 tahun. Walau begitu, ada beberapa aspek perkembangan lain yang perlu menjadi perhatian orang tua. Seperti misalnya aspek perkembangan Bahasa, emosi serta juga Kemampuan motorik atau gerak tubuh anak.

Pada saat anak mencapai usia 2 tahun, seringkali orang tua mulai kewalahan karena anak menjadi lebih aktif dibandingkan usia sebelumnya. Pada usia ini memang anak-anak mengalami perubahan besar pada Kemampuan motorik, intelektual, emosi dan sosialnya. Anak mulai memiliki keinginan untuk bisa ‘mandiri’, namun kosakata yang dimiliki masih terbatas, sehingga hal ini dapat membuat perilaku anak tampil ‘aktif’ atau kurang terkendali atau bisa juga tampil ‘tantrum’. Walau begitu, terkadang orang tua menjadi kurang peka bahwa perilaku anak yang aktif tersebut bisa jadi disebabkan karena adanya gangguan perkembangan yang disebut sebagai Attention Deficit-Hyperactive Disorder atau ADHD.

BAGAIMANA MENDIAGNOSA ADHD?

Berdasarkan DSM-V-TR (APA, 2022) Attention Deficit-Hyperactive Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan neurologis yang ditandai dengan adanya perilaku sulit memusatkan perhatian dan gangguan konsentrasi, adanya perilaku impulsif, disertai perilaku hiperaktif yang tidak sesuai dengan usia perkembangannya. Individu akan menampilkan perilaku yang sulit fokus pada satu kegiatan, tidak terorganisir, sulit mendengarkan orang lain dalam waktu lama, serta sering kehilangan barang-barang yang diperlukan dalam melakukan tugas, terlepas dari usia perkembangannya. Perilaku hiperaktif-impulsif meliputi gerak tubuh yang berlebihan, mudah gelisah, sulit untuk duduk tenang dalam waktu lama, dapat mengganggu aktivitas orang lain dan kesulitan jika harus menunggu, terlepas dari usia perkembangannya. ADHD tidak dapat didiagnosa melalui tes darah atau tes genetik. Gangguan ini hanya dapat didiagnosa melalui serangkaian pertanyaan dalam bentuk kuesioner dengan skala perilaku, yang akan menanyakan tentang perilaku di rumah, di sekolah/tempat kerja, serta pengalaman dan kesulitan yang dialami individu. Oleh karena itu, pengisian kuesioner tersebut perlu dilakukan oleh diri sendiri, orang tua, guru (jika memungkinkan) atau orang-orang di sekitar individu tersebut yang mengetahui masa tumbuh kembangnya. Pengisian kuesioner akan dilakukan bersama Psikolog dalam metode wawancara. Sangatlah penting untuk mengetahui kondisi masa kecil individu yang diduga memiliki ADHD, karena gangguan perkembangan ini muncul di usia sebelum 7 tahun.

APA SAJA KRITERIA ADHD?

ADHD dibagi dalam dua kriteria, yaitu:

– Tipe Inattentiveness

a. Seringkali tidak dapat memerhatikan detail atau membuat kecerobohan dalam tugas sekolah, di tempat kerja, atau dalam aktivitas lain (tidak teliti).

b. Sering kesulitan mempertahankan atensi dalam melakukan tugas atau saat bermain (cth: sulit fokus mendengarkan penjelasan guru, sulit fokus pada topik pembicaraan atau membaca dalam waktu lama).

c. Sulit untuk fokus mendengarkan pembicaraan secara langsung.

d. Kesulitan mengikuti arahan atau instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sampai tuntas di sekolah, di rumah atau di tempat kerja.

e. Sulit mengatur tugas dan aktivitas (cth: manajemen waktu buruk, tidak menuntaskan tugas sesuai tenggat waktu, berantakan).

f. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang pengerjaannya membutuhkan waktu lama (cth: membuat laporan, mengisi formulir, dsb).

g. Sering menghilangkan/kehilangan benda-benda penting dalam tugas atau aktivitas (cth: pensil, buku, kunci, dompet, dsb).

h. Perhatiannya sangat mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

i. Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari.

– Tipe Hyperactivity-Impulsivity (kombinasi)

a. Sering merasa gelisah dengan menampilkan perilaku tangan atau kaki yang bergerak-gerak (cth: mengetuk-ngetuk meja, menggoyangkan kaki).

b. Kesulitan untuk duduk tenang dalam waktu lama (cth: saat belajar di sekolah, saat bekerja di kantor, atau situasi lain yang mengharuskan duduk tenang).

c. Sering berlarian atau memanjat-manjat pada situasi yang tidak seharusnya (pada remaja dan dewasa, biasanya sering merasa memiliki energi yang tidak terbatas).

d. Sulit untuk berpartisipasi dalam kegiatan bermain atau aktivitas yang membutuhkan ketenangan.

e. Sering bertindak impulsif.

f. Sering banyak berbicara.

g. Sering mengutarakan jawaban sebelum pertanyaan selesai dibacakan (cth: tidak sabar menunggu giliran dalam berbicara).

h. Kesulitan menunggu giliran.

i. Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (cth: saat berbicara, bermain atau aktivitas lain).

Perlu diingat bahwa diagnosa dapat ditegakkan jika memenuhi beberapa syarat. Pertama, terdapat enam (atau lebih) gejala di atas secara konsisten selama sedikitnya 6 bulan, serta berdampak negatif terhadap kehidupan sosial dan aktivitas di sekolah/tempat kerja; Kedua, gejala yang ditampilkan bukan diakibatkan oleh gangguan perilaku yang mengandung kekerasan atau berbahaya; Ketiga, gejala-gejala tersebut tampil sebelum individu berusia 12 tahun; Keempat, gejala yang ditampilkan tidak hanya di satu situasi (tampil konsisten di rumah, di sekolah, di tempat kerja dan lainnya); Kelima, terdapat bukti jelas bahwa gejala tersebut memengaruhi kualitas performa belajar atau kerja menjadi buruk; Keenam, gejala-gejala yang tampil bukan karena adanya gangguan mental atau kondisi psikotik.

Memang tidaklah mudah untuk mendiagnosa seseorang dengan kondisi ADHD. Oleh karena itu, perlu dilakukan sesi konseling, sesi wawancara dengan orang tua/pengasuh, sesi wawancara dengan guru di sekolah/rekan kerja di kantor, serta beberapa rangkaian tes psikologi. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh Psikolog atau Psikiater.

APAKAH ADHD DAPAT DISEMBUHKAN?

Pada dasarnya ADHD adalah kondisi yang terjadi akibat faktor biologis atau genetik, bukanlah sebuah penyakit. Walau begitu, bukan berarti tidak ada solusi bagi para individu yang mengalami ADHD. Individu dengan gangguan ADHD perlu mendapatkan perhatian khusus sejak kecil, seperti misalnya mendapatkan terapi sensori integrasi, memberikan aktivitas rutin yang melibatkan gerak fisik, mengonsumsi makanan yang tidak mengandung gula dan tepung. Beberapa individu dengan ADHD juga dapat membutuhkan terapi obat, namun hal tersebut perlu dikonsultasikan lebih lanjut dengan Psikolog atau Psikiater.

Meskipun tidak mudah menjalani keseharian dengan kondisi ADHD, Anda tidak perlu kecil hati. Banyak tokoh-tokoh dunia yang sukses walaupun memiliki kondisi ADHD. Beberapa tokoh tersebut adalah Emma Watson (aktris), Agatha Christie (penulis), Jim Carrey (aktor, komedian), Michael Jordan (atlet) dan masih banyak lainnya. Asalkan individu tersebut mendapatkan penanganan yang tepat, maka kehidupannya tidak akan bermasalah. Oleh karena itu, segera hubungi Kayross Psikologi Utama jika Anda membutuhkan konseling terkait kondisi ADHD.

(By: Luisa Munster, M.Psi., Psikolog)

Sumber:

– DSM-V-TR. (2022). American Psychology Association.

– Mengejutkan, 8 Tokoh ini Ternyata Merupakan Pengidap ADHD!, idntimes.com (2018)