Emosi saya naik turun, apakah saya memiliki Borderline Personality Disorder (BPD)?
Pernahkah Anda mengalami emosi yang naik turun, baru saja merasa senang, lalu tiba-tiba berubah sedih tanpa alasan yang jelas? Atau merasa diri sendiri begitu buruk, merasa sulit melepaskan diri dari hubungan walau tahu hubungan tersebut toxic?
Jangan buru-buru mendiagnosa diri sendiri dengan sebutan BPD ya. Seseorang perlu menampilkan kriteria tertentu untuk memenuhi syarat diagnosa BPD. Sebelumnya mari kita mengenal lebih dahulu mengenai BPD.
BPD merupakan singkatan dari Borderline Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Ambang), atau juga sering disebut dengan EUPD (Emotionally Unstable Personality Disorder), adalah pola menetap yang dimiliki seseorang, yang membuat orang tersebut merasa tidak aman (insecure) sehingga memengaruhi mereka dalam relasi sosial, citra diri, afeksi, bahkan bisa berperilaku impulsif tertentu (APA, 2022). Biasanya gangguan ini bisa terjadi pada usia dewasa awal (antara usia 20 – 30 tahun) dan tampil dalam konteks situasi yang bervariasi.

Berdasarkan DSM V-TR, paling tidak seseorang harus memiliki 5 atau lebih kriteria berikut untuk memenuhi diagnosa BPD :
1. Adanya usaha berlebihan dan tidak wajar untuk menghindari perasaan, baik nyata maupun imajinasi. Ada perasaan yang diabaikan.
2. Pola yang tidak stabil dan intens dalam relasi interpersonal atau berelasi dengan orang lain.
3. Gangguan dalam indentitas, ditandai dengan citra diri yang tidak stabil secara nyata atau terus menerus.
4. Perilaku impulsif sedikitnya pada 2 area yang berpotensi menyakiti diri sendiri (misalnya: belanja berlebihan, perilaku seksual berisiko, penggunaan zat adiktif, perilaku berkendara yang ceroboh, binge eating).
5. Perilaku berulang atau usaha dan gerak tubuh untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri.
6. Ketidakstabilan perasaan, ditandai dengan mood yang reaktif, misalnya: rasa gelisah, tidak nyaman, rasa sensitif berlebihan, kecemasan yang terjadi dalam beberapa jam, atau beberapa hari (jarang terjadi).
7. Rasa kosong yang kronis.
8. Kesulitan untuk mengelola rasa marah dalam berbagai bentuk (misalnya: sering marah-marah, terus menerus marah atau berkelahi secara fisik).
9. Ide paranoid karena stres maupun gejala disosiasi yang parah.
Namun demikian, jangan terburu-buru mendiagnosa diri Anda atau orang lain setelah membaca kriteria di atas, karena Anda tetap perlu seorang profesional yang dapat memberikan opini dan penilaian objektif terhadap kondisi tersebut. Tidak sedikit orang yang memiliki gejala emosi seperti di atas sebagai reaksi karena kondisi stres kronis yang dihadapinya. Jika Anda tertarik, Anda dapat melihat beberapa film yang menggambarkan gangguan kepribadian ambang ini, seperti misalnya film Silver Linings Playbook (2012) dan Girl, Intterupted (1999) yang disinyalir menunjukkan perilaku BPD.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika Anda merasa memiliki gejala seperti BPD?

Saat ini banyak sekali psikoterapi yang terbukti dan digunakan untuk mereka yang terdiagnosa BPD. Seperti misalnya Dialectical Behavioral Therapy (DBT), dikreasi oleh Marsha Linehan yang ia sendiri juga pernah didiagnosa menderita BPD. Terdapat juga Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang secara umum digunakan para Psikolog untuk membantu klien merestrukturisasi pemikirannya yang kurang tepat. Selain kedua terapi tersebut, masih banyak jenis psikoterapi lain yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Namun, jika Anda membutuhkan langkah praktis untuk mengatasi perasaan atau kegelisahan yang Anda miliki, hal-hal berikut bisa Anda lakukan:
1. Metode grounding, yaitu metode yang bisa Anda lakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, yang membuat pikiran dan emosi negatif teralihkan. Latihan ini bisa dilakukan secara mandiri, di mana pun dan kapan pun. Biasanya menggunakan panca indera yang kita miliki, misalnya indera penciuman, Anda dapat mencium wangi kopi, bunga atau wewangian tertentu. Dengan indera penglihatan, menuliskan nama-nama benda di sekitar yang Anda lihat.
2. Melatih nafas Anda dan buatlah tubuh menjadi lebih tenang. Saat Anda lebih tenang, Anda bisa berpikir lebih jernih untuk melihat permasalahan dengan lebih baik. Seperti misalnya teknik nafas 478. Teknik pernafasan ini dikembangkan Dr. Andrew Weil yang memiliki banyak manfaat untuk meredakan ketegangan atau stres.
3. Latih pikiran Anda untuk mindful, artinya fokus pada masa sekarang. Saat pikiran Anda penuh, ini saatnya Anda untuk tenang, belajar mengamati dan deskripsikan apa yang Anda hadapi saat ini, tidak di masa lalu, tidak juga terlalu di masa depan. Dengan demikian, Anda mulai bisa memiliki kendali akan diri Anda sendiri. Anda juga dapat melatih diri untuk melakukan segala hal satu per satu, tanpa adanya gangguan lain, agar lebih mindful. Seperti misalnya makan tanpa sambil menonton atau melakukan tugas lain.

4. Menulis jurnal emosi, untuk membantu Anda mengenali emosi sendiri pada situasi tertentu dan kemudian mengevaluasinya.
Jika dirasa masih belum cukup, Anda bisa menghubungi Psikolog atau Psikiater terdekat untuk melakukan konseling maupun psikoterapi. Anda juga dapat dibantu untuk mengevaluasi jenis psikoterapi yang sesuai dengan pribadi dan kebutuhan Anda. Dengan melakukan konseling, Anda akan dapat membahas bersama apa saja yang menjadi akar masalah sehingga ke depannya Anda akan berfungsi lebih baik dalam keseharian. Salam sehat!
(By: Ellia Feeber, M.Psi., Psikolog)
Sumber:
1. DSM V-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) 5th ed, American Psychiatric Association, 2022.
2. https://www.inspiremalibu.com/blog/mental-health/9-movies-about-borderline-personality-disorder/
