Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja. Ketika Anda baru saja mengunggah foto pada akun sosial media (Facebook, Instagram, Twitter, Pinterest, dll), kemudian Anda berulang kali memeriksa setiap beberapa menit berapa orang yang sudah menyukai foto tersebut, Anda bisa saja tergolong Social Media Anxiety Disorder (SMAD).
Seorang terapis dari sebuah klinik di Chicago, Rachel Kazez, mengatakan bahwa kondisi Social Media Anxiety Disorder ini memang belum digolongkan sebagai gangguan psikiatris secara resmi. Walau demikian, dengan perkembangan teknologi jaman sekarang peran sosial media dapat mempengaruhi self-esteem dan dapat memperburuk rasa cemas atau depresi seseorang. Individu cenderung membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Biasanya orang-orang hanya mengunggah bagian atau hal yang terbaik dari dirinya atau kejadian yang terindah dalam hidupnya di sosial media. Kemudian orang lain akan melihatnya dan membandingkan sepotong kejadian tersebut dengan keseluruhan hidupnya sendiri. Tentu saja tidak akan pernah sama.
Mallory Grimste, seorang terapis professional di bidang kesehatan mental dan emosi pada remaja, mengatakan banyak kliennya yang berusia remaja merasa cemas tulisan apa yang harus diunggah dalam sosial media nya. Grimste juga mengatakan bahwa ia pernah harus menangani beberapa remaja perempuan yang menangis karena orangtua mereka memberlakukan peraturan handphone mereka harus dalam keadaan non-aktif ketika membuat PR di rumah.
Kita harus mengakui bahwa kini sosial media ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, kita tetap perlu menjaga pada porsi yang tidak berlebihan. Apakah Anda sudah tergolong Social Media Anxiety Disorder (SMAD) ? Cobalah cek hal-hal di bawah ini :
- Handphone anda menjadi benda paling utama untuk dibawa selama 24 jam dan 7 hari penuh. Bisa jadi kalau handphone Anda waterproof, Anda akan membawanya ketika mandi.
- Anda mengunggah konten di sosial media, kemudian berkali-kali memeriksa hanya untuk melihat berapa orang yang menyukai atau memberikan komentar atau membagi (share) konten tersebut. Setelah beberapa jam berlalu Anda masih memeriksanya dan ternyata tidak ada yang menyukai atau hanya sedikit yang menyukainya, Anda merasa cemas atau sedih.
- Ketika Anda mulai memeriksa berulang kali jumlah follower atau teman Anda di sosial media berkurang, kemudian Anda merasa kesal karena hal itu.
- Saat Anda bersama keluarga atau sahabat sedang makan bersama, namun Anda tetap sibuk dengan handphone Anda tanpa berkata-kata dengan orang di sekitar Anda, bisa jadi Anda sudah tergolong SMAD.
Fenomena ini terjadi di seluruh dunia, namun tidak banyak yang menyadari hal ini merupakan sebuah masalah. Terlalu aktif dalam media sosial dapat mengganggu fungsi sosial kita atau fungsi kehidupan sehari-hari dengan orang di sekitar kita. Kegiatan yang mengganggu fungsi sosial atau fungsi kehidupan sehari-hari kita dapat mengakibatkan kehidupan yang tidak sehat secara mental dan fisik. Melakukan komunikasi, membentuk komunitas dan berteman tidak hanya dapat dilakukan melalui sosial media. Ingatlah bahwa yang terjadi di sosial media bukan lah realita secara sepenuhnya.
(by: Luisa Munster, M. Psi., Psikolog)