Apakah Aku Trauma ?

Ada banyak film atau drama yang menggambarkan trauma. Jika Anda pernah melihat drama Korea “Glory”, itu bercerita mengenai trauma yang disebabkan bullying yang dialami tokoh utama. Tidak jarang trauma membuat dan memengaruhi sifat, nilai-nilai (value), dan banyak segi dalam hidup manusia. Bagaimana kita merespons terhadap trauma tersebut memiliki implikasi yang penting terhadap bagaimana kita menjalani hidup hari ini. Lalu sebenarnya apakah trauma itu? Perlukah trauma itu menghantui hidup seseorang? Apakah pilihan-pilihan hidup seseorang harus dipengaruhi trauma? Apa efeknya dan bagaimana melepaskan diri dari trauma itu? Kita bahas berikut ini.

A. Arti Trauma

Trauma adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, trōma (τραύμα) yang berarti luka (wound). Awalnya istilah ini digunakan oleh tenaga medis yang mengacu pada luka fisik, yang kemudian banyak digunakan untuk menjelaskan tentang kondisi luka psikologis.

Menurut APA (2022), trauma adalah respons emosional seseorang terhadap peristiwa yang dianggap mengerikan (seperti kecelakaan, pemerkosaan, bencana alam atau perang). Segera setelah peristiwa tersebut, rasa terkejut (shock) dan menyangkal adalah hal biasa yang terjadi saat seseorang mengalami trauma.

Trauma psikologis dan emosional terjadi sebagai hasil dari situasi yang penuh tekanan, yang seringkali membuat Anda merasa tidak aman (insecure), atau merasa tidak berdaya pada dunia yang berbahaya. Bukan hanya pengalaman yang membuat Anda merasa terancam atau tidak aman, tetapi juga membuat Anda kewalahan (overwhelmed), bisa menjadi hal traumatis bagi seseorang. Pengalaman masa lalu, latar belakang sosial ekonomi serta nilai-nilai yang berbeda, membuat kita merespons sesuatu secara subjektif. Oleh sebab itu, satu hal yang sama bisa menjadi biasa saja untuk sesorang namun bisa menjadi hal yang traumatis bagi orang yang lain.

Jadi secara umum, trauma (trauma psikologis) adalah sesuatu kejadian yang dinilai secara subjektif, yang menimbulkan luka, di hati seseorang.

B. Tipe dan Respons Trauma

Trauma psikologis juga bisa bersifat akut, kronis atau juga kompleks. Berikut ini adalah tipe trauma psikologis :

1. Trauma akut, respons emosional yang terjadi selama atau segera setelah sebuah kejadian tertentu.

2. Trauma kronis, respons emosional dalam jangka panjang yang seseorang alami dari kejadian-kejadian yang menekan dirinya sejak lama atau terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu bulan atau tahunan.

3. Trauma kompleks, trauma yang disebabkan beberapa peristiwa traumatis pada masa lalu, seperti misalnya Trauma ACEs.

gambar: http://www.mygoodbrain.org   

Trauma yang terjadi di masa kecil atau disebut juga dengan Trauma Adverse Childhodd Experience (Trauma ACEs) adalah pengalaman traumatis terkait situasi atau kejadian traumatis yang terjadi pada anak-anak dalam rentang usia 0-17 tahun. Trauma ACEs misalnya meliputi kekerasan (fisik/emosi/ seksual), pengabaian atau neglect (baik secara fisik maupun emosi), serta tantangan sehari-hari, seperti misalnya masalah mental dalam keluarga, perpisahan orangtua, KDRT, penggunaan obat-obat terlarang oleh anggota keluarga atau kejadian-kejadian lain yang mengubah situasi sebuah keluarga.

gambar: New York State Health Dep.

Ada beragam dampak trauma bagi seseorang. Kurang lebih seperti saat seseorang mengalami reaksi stres, namun biasanya dampak trauma bersifat lebih besar dan tidak hilang dengan segera. Seperti misalnya bentuk-bentuk emosi dan perilaku seperti : marah, takut, sedih, cemas, overwhelm, putus asa, panik, insomnia, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, hilang memori tertentu, denial atau tidak mau percaya sesuatu, marah, segala bentuk penghindaran yang tidak wajar, mood swings, emotional numbness, menghindar secara sosial, keinginan melukai diri atau mengakhiri hidup, oversharing, people pleasing dan lain-lain.

Atau juga dampak secara fisik, trauma emosional juga bisa termanifestasi dalam bentuk gejala-gejala fisik. Misalnya detak jantung yang meningkat, nyeri, otot yang tegang, mimpi buruk, kelelahan, disfungsi seksual, perubahan pola makan, dan sebagainya.

Saat seseorang mengalami peristiwa tidak mengenakkan atau yang tidak nyaman, ia cenderung melakukan Mekanisme Pertahanan Diri (yaitu strategi proteksi yang berasal dari alam bawah sadar seseorang). Respons terhadap peristiwa trauma juga terjadi tanpa kita sadari. Itu adalah sebuah cara bertahan hidup (survival instinct), reflektif dan otomatis.  Hal itu dilakukan untuk melindungi dirinya sendiri agar perasaannya tidak terluka dari suatu hal yang tidak menyenangkan tersebut. Respons tersebut bisa saja membuat seseorang mengalami hipervigilance (sikap waspada berlebihan terhadap ketakutan, seringkali kurang rasional).

Bayangkan jika hal tersebut terjadi dalam jangka yang panjang, seseorang bisa memunculkan keyakinan-keyakinan baru atau juga memiliki core belief dan konsep diri yang mungkin sebenarnya kurang tepat atau tidak rasional. Seperti misalnya, rasa bersalah yang amat besar, merasa seluruh dunia memusuhinya, atau juga perasaan tidak berdaya. Akhirnya pemikiran tersebut juga memengaruhi bagaimana emosi seseorang bahkan perilaku-perilakunya.

Secara umum ada beberapa respons yang umumnya dilakukan oleh mereka yang mengalami trauma, seringkali dijelaskan dengan 4F :

FIGHT

Melawan trauma, kontrontatif seperti marah atau sikap agresif lainnya

FLIGHT

Keinginan untuk melarikan diri dan menyangkal perasaan sedih, atau menarik diri dari lingkungan sosial

FREEZE

Seperti terpaku, disconnected dengan sekitar atau perasaan mati rasa

FAWN

Kecenderungan untuk pleasing orang lain untuk menghindari perasaan yang lebih buruk, sulit berkata tidak atau tidak memprioritaskan kebutuhan pribadi dan selalu berusaha berkorban untuk orang lain

gambar: http://www.therapytraining.com

C. Mengatasi Trauma

Trauma mengubah cara pandang seseorang. Dalam upaya melindungi dirinya dari rasa kuatir akan kembali terluka, seringkali pemikiran-pemikiran kurang rasional yang muncul sebagai upaya proteksi tadi, memengaruhi cara pengambilan keputusan maupun langkah-langkah di masa depan.

Saat kita mengalami trauma, sebenarnya kita melewati beberapa tahapan emosi. Seorang tokoh bernama Elisabeth Kübler-Ross menemukan bahwa setidaknya ada 5 tahapan emosi yang dilalui saat kita mengalami sebuah peristiwa traumatis, yaitu menyangkalnya dahulu, marah, kondisi tawar-menawar, depresi dan akhirnya proses penerimaan.

gambar:www.generationshcm.com

Secepat apa kita mengatasi trauma, ditentukan oleh diri kita sendiri, akan sejauh mana mau bertindak dan berkata tidak atau cukup terhadap rasa sakit dan trauma itu. Tanpa Anda sadari, sebenarnya Anda punya kemampuan untuk berkata tidak karena emosi, pikiran dan perilaku ada di bawah kendali Anda sendiri.

Beberapa tips untuk mengatasi trauma adalah :

1. Mengenali apa yang Anda rasakan. Merasakan sebuah emosi tidaklah sebuah kesalahan. Mengakui dan mengenali apa yang sedang terjadi dengan diri sendiri, akan membantu Anda merasa dipahami. Jangan terus menghindari rasa tidak nyaman Anda karena trauma, sesekali Anda harus mengeksposnya agar bisa Anda kenali dengan lebih rinci.

2. Mulai pahami dan cari tahu apa yang memicu trauma Anda. Dengan melakukan ini Anda mulai memformulasikan masalah yang sedang Anda hadapi, dan akan membantu Anda melihatnya dengan lebih jelas.

3. Berproses mengatasi trauma tersebut. Seperti misalnya membuat afirmasi positif dan membuat komitmen baru untuk diri sendiri.

Kebanyakan orang merasa tidak mampu untuk mengatasi trauma sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Dalam situasi seperti itu, jangan melakukan self diagnosed, tapi silakan kunjungi Psikolog atau Psikiater untuk terapi melalui berbicara. Dalam hal ini, Anda juga dapat mengunjungi Kayross Psikologi yang ada di Alam Sutera, Tangerang Selatan. Anda akan dibantu menemukan dan mengenali hal-hal sensitif yang membuat Anda trauma. Ingatlah bahwa Anda memiliki kekuatan untuk berkata tidak pada trauma dan untuk menikmati perjalanan hidup Anda.

Tentu saja tidak ada yang instan, perlu komitmen untuk berproses melepaskannya. Satu hal yang pasti, jika Anda mau, pasti Anda bisa.

(By : Ellia Feeber, M. Psi., Psikolog)

Sumber :

1. https://www.apa.org/topics/trauma

2. https://www.verywellhealth.com/what-is-trauma-5212104

3. https://positivepsychology.com/trauma-response/